Tahun 2021 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 17 Tentang Asesmen Nasional dan sekarang sudah diterapkan di sekolah-sekolah.
Merespon Permendikbud Ristek tersebut dan penerapannya, terutama menyangkut dengan literasi dan numerasi siswa, SMA Negeri 1 Tamiang Hulu, mengadakan Pelatihan, Sabtu (23/9/2023).
Pelatihan yang dihadiri oleh lima puluh guru, pengawas sekolah binaan yaitu Sarwan, S.Pd., M Si dan perwakilan dari Kacabdin Aceh Tamiang, Balukia S.Pd.
Tampil Narasumber pada kegiatan tentang Peningkatan Kompetensi Literasi dan Numerasi Guru Sebagai Penguatan Menghadapi Kurikulum Merdeka, adalah Dr. Marzuki M.Pd, dosen IAIN Langsa.
Dalam kesempatan itu, Dr Marzuki, M.Pd mengatakan, akar masalah rendahnya kemampuan literasi siswa, karena rendahnya kompetensi siswa dalam penguasaan membaca teks informasi.
Di samping itu, kata Marzuki, kompetensi membaca teks sastra di kalangan siswa juga masih sangat minim. Di perparah lagi, kurangnya penerapan praktik pembelajaran yang inovatif di sekolah-sekolah.
Sementara itu berkaitan dengan akar masalah rendahnya kemampuan numerasi peserta didik, Dr.Marzuki memaparkan, karena rendanya kompetensi pada domain membaca data, ketidakpastian (peluang), dan minimnya kompetensi pada domain aljabar.
“Semua itu, merupakan faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi dan numerasi peserta didik,” papar Marzuki praktisi pendidikan Aceh dan pelatih ahli sekolah penggerak ini.
Untuk mengatasi hal itu Dr.Marzuki, M.Pd menyarankan kepada peserta didik agar senantiasa meningkatkan pengembangan diri dan guru harus mendorongnya.
Terkait kecakapan literasi, Marzuki meminta bisa dilakukan melalui plat form merdeka mengajar (PMM).
Tak kalah pentingnya, kata Dr.Marzuki, mendesak dilaksanakan kegiatan pengembangan minat baca peserta didik, pemberdayaan perpustakaan, dan pemanfaatan perpustakaan pendidikan non-formal.
Kemudian pada kesempatan itu, Dr. Marzuki M.Pd memberikan trik dan tips dalam merancang soal asesmen kompetensi minimum (AKM) dengan konteks stimulus yang membuat siswa mau berliterasi yang memiliki penasaran yang mendalam tentang teks soal yang disajikan, misalnya jangan keluar rumah dengan rambut basah!
Kemudian guru melanjutkan mendesain soal yang bervariatif meliputi: soal pilihan ganda, esai, isian singkat, soal menjodohkan, dan pilihan ganda komplek dengan beragam konteks sosial budaya, konteks saintifik dan konteks personal.
Pada penghujung materi, Dr. Marzuki berharap pada semua guru di sekolah supaya mengimplementasikan soal-soal yang berbasis asesmen kompetensi minimum (AKM) dan model pembelajaran yang inovatif di kelas kelas.
Sebelum Dr. Marzuki memaparkan materinya, tampil Kepala SMA Negeri 1 Tamiang Hulu Marliana, S Pd MM.
Dalam laporannya Ibu Marliana mengatakan, selama Asesmen dilaksanakan, nilai literasi dan numerasi peserta didik selalu belum memuaskan.
Karena itu, kata Marliana, perlu dibedah dan dianalisa faktor penyebab belum memuaskan nilai Literasi dan numerasi peserta didik dalam setiap asesmen yang dilakukan.
“Jadi pelatihan yang berkaitan dengan ini sangat penting dilakukan sehingga kita tahu akar penyebabnya,” tukas kepala SMA Negeri 1 Tamiang Hulu.